Malam itu aku sendiri. Ia baru saja pergi. Tangannya mengangkut sebuah kopor kecil berisi pakaian.
Ia pergi dengan tergesa-gesa. Ia bahkan lupa mengenakan topinya.
Topi itu tergeletak pasrah di atas meja kecil di sudut kamar. Dan aku duduk pasrah di sudut kamar yang lain.
Kucoba menghalangi kepergiannya. Tapi, tidak bisa.
Ia selalu begitu setiap kami selesai bertengkar. Ia akan pergi…kadang lama, kadang kurang dari sehari.
Tapi, ia pernah mengancam untuk tidak akan pernah kembali. Tapi, ia selalu kembali.
Dan, tadi ia mengancam lagi. Dan, kali ini aku benar-benar takut ia tak kembali.
Topinya. Mungkinkah itu akan membawanya kembali ke sini?
Mungkin. Tapi, ia kembali untuk topinya. Ia tidak kembali untukku.
Kembalilah, untukku...
Posted by
Nadiah Alwi - Write at Home Mom
Labels: Indonesian
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment